Oxfam Merilis Kesenjangan Sosial Melebar

Kesenjangan sosial antara warga miskin dan kaya dinilai semakin meningkat dalam skala global. Mengacu pada riset Oxfam dalam pertemuan pemimpin politik dan bisnis dalam Forum Ekonomi Dunia tahunan yang dilaksanakan di Davos, Swiss menunjukkan hal tersebut.

Pasalnya fasilitas publik tak mampu dibiayai oleh pemerintah sementara pajak terus menekan warga miskin. Pemerintah global diimbau untuk segera menyelesaikan persoalan ini.

Direktur Eksekutif Oxfam, Winnie Byanyima mengatakan kesenjangan yang kian melebar ini memicu kemarahan publik secara global.

Badan amal yang berpusat di Nairobi itu melaporkan miliarder baru tercipta setiap dua hari sepanjang tahun 2018. Sama halnya dengan separuh penduduk termiskin di dunia, menyaksikan penurunan kekayaan mereka sebesar 11 persen.

Kesenjangan terlihat ketika 3,8 miliar orang termiskin harus menghadapi kekayaan mereka turun US$500 juta setiap hari. Sedangkan kekayaan para miliarder meningkat US$2,5 miliar setiap hari atau 12 persen tahun lalu.

Menurut laporan yang dirilis, orang miskin menderita dua kali akibat kehilangan layanan dasar dan juga membayar pajak yang lebih tinggi. Badan amal itu mengatakan, tarif pajak untuk orang kaya dan perusahaan telah dipotong dalam beberapa dekade terakhir.

Lalu, ketika pemerintah gagal memajaki orang kaya, disisi lain pemerintah malah membebankan pajak kepada orang miskin melalui pungutan konsumen seperti pajak pertambahan nilai. Byanyima mengatakan:

“Pajak tidak langsung seperti pajak garam, gula, produk dasar-dasar yang orang butuhkan membuat orang miskin membayar relatif lebih banyak dari pendapatan mereka daripada orang kaya.”

Laporan ini juga menunjukkan bahwa 26 miliarder terkaya memiliki aset sama dengan aset sebanyak 3,8 miliar orang termiskin dari populasi di bumi. Kesenjangan yang semakin lebar menghambat perjuangan melawan kemiskinan.

Pajak kekayaan sebesar 1 persen meningkatkan estimasi sebesar US$448 miliar per tahun. Jumlah tersebut cukup untuk membiayai pendidikan setiap anak yang putus sekolah dan menyediakan layanan kesehatan untuk mencetak 3 juta kematian di seluruh dunia.

Semakin banyak pemerintah memperburuk ketimpangan dengan gagal berinvestasi cukup banyak dalam layanan publik.

Tercatat sekitar 10 ribu orang per hari meninggal karena kurangnya perawatan kesehatan. Pun ada 262 juta anak tidak bersekolah, seringkali karena orang tua mereka tidak mampu membayar biaya sekolah, seragam, atau buku pelajaran.

Oxfam mengatakan, pemerintah perlu berbuat lebih banyak untuk mendanai layanan publik yang berkualitas tinggi dengan mengatasi penghindaran pajak. Pemerintah juga harus memastikan perpajakan yang lebih adil, termasuk pada perusahaan dan individu kaya.

Laporan itu menyimpulkan, jumlah miliarder yang memiliki kekayaan separuh populasi dunia turun dari 43 pada 2017 menjadi 26 pada 2018. Adapun tahun 2016 jumlahnya 61 miliarder.

Leave a Comment